Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Dituding Lakukan Pungli, Ini Penjelasan Kepala SDN 17 Lanjing


Www.bidiksatunews.com,-Sintang (Harian Sintang)–Beredarnya informasi dugaan pungli yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Guru di SD Negeri 17 Lanjing Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, sempat membuat hebohnya dunia pendidikan.

Foto : Kepala SDN 17 Lanjing

Kepala Sekolah Dasar Negeri 17 Lanjing, Iluh S.Pd., SD saat dikonfirmasi Hariansintang.com menjelaskan awal mula kejadiannya, Berawal dari pemelian buku penunjang di sekolah. Dimana Sejak Tahun 2010 lalu, sudah terbiasa ada pelayanan penerbit yang menitip buku di sekolah.

“Org tua udh terbiasa ada pelayanan Penerbit yg menitip buku sjak 2010 Dan saat saya pindah ke skolah itu, memang udh ada kerja sama itu,” ujar dia melalu pesan WatshAppnya kepada Harian Sintang, Senin 15 April 2024.



Menurut Iluh, buku itu bukan buku wajib, tetapi buku penunjang ( rangkuman dan penjelasan). “Semacam Buku LKS, makanya prestasi akademik lulusan Lanjing beda dengan lulusan lain. Karena orang tua peduli pendidikan anak, mereka tetap ingin membeli buku untuk anak belajar di rumah, dan mereka bisa mendampinginya,” tambah dia.

“Pertanyaan orang tua siswa hampir setiap hari : udh datangkah bukunya, Saya bingung, saya tanya dengan Kepala Sekolah lama. setelah penjelasan beliau lalu saya undang orang tua rapat, hari Sabtu 18 mei 2019,” bebernya.

Lanjut Iluh, dalam rapat itu orang tua minta buku tetap diadakan di sekolah. Awalnya dia menolak, akan tetapi orang tua murid saling berkeluh satu sama lain. “Bilang ndak tau tmpat, ndak ada untuk turun naik, dan lain-lain, Awalnya komite yg ditawari, tapi karna jauh komite menolak dan minta tolong buku dititip kan di sekolah. Saya bingung, satu sisi saya tau, tergerak rasa kasihan setelah musyawarah dengan guru dan Kepala Sekolah lama saya pun setuju, dan siap ambil resiko itu. Bukti hadir ada saat orang tua pertemuan ada. Selama ini tidak ada komen dari orang tua, malah tiap hari tanya buku itu,” jelasnya.

Ditambahkan dia, pada saat itu pihak penerbit hanya menawarkan, jika tidak laku di kembalikan, dan tidak melarang membeli ditempat lain, dan juga boleh pakai buku bekas kakaknya jika ada.



“Pihak sekolah hanya dititipi. di berita harga buku kelas 1 Rp.500.000; padahal Rp.4.41000;.Kepas 2 , Rp.600.000; pdhal sebenarnya, Rp.4.42000;. Tidak ada dua bersaudara di kls 3 dan 5 dan buku kelas 3 dan 5 bukan Rp.1.600.000; melainkan Rp.1.222.000. Ada kenaikan tiap kelass. Kami jual sesuai brosur. Di bilang saya mau mengeluarkan bila memviralkan. Ini begini ketika saya mimpin rapat ada seorang ibu yang merekam, vidio sambil tertawa. Saya emosi saya bilang tak takut penjara itu benar saya bilang.. Tapi yg lain semua rekayasa,” pungkasnya

Previous
« Prev Post